Ads 468x60px

Saturday, 9 July 2011

Pempek Lenggang

aku suka sekali dengan pempek lenggang. makanan tersebut merupakan satu-satunya makanan favoritku sejak kecil. dulu sewaktu aku duduk di bangku SD aku selalu beli pempek lenggang hampir setiap kali pulang sekolah. meskipun sering makan pempek lenggang, tapi aku tak pernah merasa bosan. kegiatan ini selalu berulang hingga ku duduk di bangku kuliah. dari aku SD sampai menjadi mahasiswi, pulang kegiatan pasti selalu sempat membeli pempek lenggang.
sampai suatu ketika, aku pulang kuliah ingin mampir ke tukang jualan pempek lenggang yang biasa ku kunjungi. yang kulihat hanya sebuah rumah kosong, gelap, dan tidak berpenghuni. ku pikir abang yang jualan sedang pulang kampung, jadi aku pulang saja. keesokan harinya ketika ingin membeli pempek lenggang, lagi-lagi aku menjumpai keadaan yang sama. ku tanya tetangga si abang yang jual pempek lenggang itu, tapi tak ada yang tahu. hal ini berlanjut hingga kira-kira satu tahun kemudian. aku masih mencari si abang yang jual pempek lenggang. satu tahun aku bolak-balik hanya untuk membeli pempek lenggang yang kusuka. ku rindu rasanya yang dari aku kecil hingga dewasa tidak ada yang berubah.
ku ingat betul, hari itu dibulan januari. ketika aku sedang jenuh berada di rumah seharian, lantas aku pergi keluar rumah ingin main ke rumah saudara. saat itu aku mampir ke kedai makanan pempek lembang. setidaknya meski tak merasakan pempek lenggang lagi, aku bisa merasakan suasana saat aku makan disitu, di kedai itu. ku lihat genting dan cat bangunan yang sudah tak berpenghuni lagi. rumput-rumput yang tumbuh dihalaman bangunan itu pun kian banyak. tiba-tiba saja seorang pria paruh baya menepuk bahuku dari belakang.
pria itu mengagetkanku. dan dia bertanya padaku "adik sedang apa disini?", lalu ku jawab "sedang melihat-lihat bangunan ini pak". ku ceritakan semua kisahku padanya bahwa aku mencari abang-abang yang biasa berjualan pempek lenggang disini. kemudian alis matanya tergerak, sorot matanya pun meberitahukan bahwa ia mengetahui sesuatu tentang tukang pempek lenggang. ku tanya padanya "apakah bapak tau kemana bang jaya (abang-abang pempek yang kucari)? apa ia masih berjualan pempek lenggang?". beliau mengatakan bahwa ia mengatahui dimana keberadaan tukang pempek lenggang itu sekarang. akan tetapi ia lupa alamat lengkapnya.
jadi ia mengajakku untuk mengunjungi tempat tinggalnya yang tak jauh dari kedai pempek lenggang, karena ia masih menyimpan alamat tukang pempek lenggang itu. ada tiga alamat yang ia berikan, pertama di daerah Tanjung Priok, kedua di daerah Salemba dan ketiga di daerah Kemayoran. beliau mengatakan bahwa bang jaya pernah menitipkan alamat ini untuk seorang gadis berkerudung bernama Fitri. akan tetapi beliau selama ini tidak mengetahui siapa Fitri itu. dan baru mengetahui sejak kami tak sengaja bertemu di bangunan itu.
ku tanya "mengapa ada tiga alamat pak? yang benar yang mana?" dan beliau pun menjawab "saya tidak tahu alamat yang benar yang mana karena saya tidak pernah berkunjung kesalah satu alamat tersebut". lalu ku izin pulang dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
pas sekali besok adalah liburan kuliah. jadi kuputuskan untuk mencari bang jaya. pertama-tama yakni Tanjung Priok. kali itu adalah pertama kalinya aku pergi kesana. pertama kali dan seorang diri. aku takut karena disekelilingku jarang ada wanita, banyak sekali pria. mayoritas diantara mereka adalah pengemudi truk pengangkut barang. aku juga takut jika dijalan terjadi kecelakaan. sepanjang jalan, yang berlalu lalang ialah truk-truk besar. apalah daya tubuh ini jika mengenai angin dari truk itu. angin saja. jangan yang lain. 
ok akhirnya aku sampai ditempat yang kutuju. senang sekali. rasa lelah letihku akan terbayar dengan semangkuk pempek lenggang. tak sabar ku ingin mencicipinya. dari sekian penjual makanan, tapi tak satu pun yang menjual pempek lenggang. sabar fitria suatu hari nanti pasti ketemu.
hari kedua, kuputuskan untuk mencari di daerah Salemba. yang terjadi kemudian setelah ku sampai ditempat tujuan adalah ku tak melihat kedai makanan yang menjual pempek lenggang, hanya makanan fast food amerika saja. okelah kali ini memang masih harus sabar karena toh masih ada satu tempat tujuan lagi.
hari ketiga aku mencari didaerah Kemayoran. kali ini aku tetap tak menemukan dimana tukang pempek lenggang itu berada. tempat yang ada di alamat yang kugenggam erat di tanganku adalah sebuah bangunan bengkel mobil. ku tanya montir yang sedang beristirahat, dia pun mengatakan bahwa dulu ada yang berjualan pempek lenggang disini. karena peminatnya sedikit makanya ia pindah. aku bingung ketiga-tiganya tempat yang pernah kukunjungi tak ku temui juga bang jaya. di sela-sela lamunanku, montir itu menghampiri, katanya rumah bang jaya berada di belakang bengkel mobil itu.
setelah tiba disebuah rumah, ibu-ibu mengatakan padaku bahwa bang jaya tak lagi ngontrak disini. ia pulang kampung ke Bengkulu, ke daerah asalnya. ternyata ibu-ibu itu adalah pemilik kontrakan yang ditempati oleh bang jaya. itu kesekian kalinya aku sia-sia mencari bang jaya.
aku pulang kerumah, menarik nafasku dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. kurebahkan tubuhku dikursi teras rumahku. dalam hati "tega-teganya bang jaya menelantarkan pembeli setianya ini".
subhanallah... aku ingat perkataan ibu kontrakan itu. bang jaya pulang kampung. seingatku aku pernah mencatat alamat kampungnya. jadi sewaktu aku SD dulu, aku punya hobi untuk mencatat biodata orang-orang yang pernah kukenal. dulu aku pernah meminta bang jaya untuk mengisi buku kecilku. tidak hanya bang jaya, teman-teman sekelasku tak ada yang tidak mengisi buku itu. mulai dari nama lengkap, tanggal lahir, alamat, hobi, makanan kesukaan, no telefon,dan lain-lain. semuanya tercantum.
aku langsung berlari menuju gudang. kucari buku kecil, berwarna pink, bersampul winnie the pooh. ku ingat betul bahwa buku itu berada di dalam salah satu kardus-kardus yang berisi buku-buku sejak aku TK. aku punya kebiasaan untuk tak membuang semua buku-buku yang aku punya, termasuk buku tulis.
aku mencari buku kecil itu dengan sabar dan teliti. dalam hati "awas aja kalau sampai ada orang rumah yang tega-teganya ngiloin buku-buku milikku, pasti aku bakalan ga ngomong berminggu-minggu". dan akhirnya buku yang ku maksud masih ada, agak luntur terkena air hujan yang bojor menembus dinding atap rumah di gudangku. ku cari halaman biodata bang jaya. dan masih ada!!!. Allah masih sayang aku karena alamat bang jaya masih tersimpan jelas di buku itu. kuputuskan untuk berangkat lusa karena hari ini aku ingin beristirahat.
oke..oke... aku ke Bengkulu. naik kapal laut dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni. cuacanya sedang tidak bagus, jadi laju kapal pun sering terasa goncang. aku keluar kapal (bukan keluar kapal juga sih, maksudnya ketempat yang ada pegangan itu. aku ga tau apa namanya hehehe ), memang benar. ombaknya besar sekali. jadi goncangan kapal disebabkan oleh laju kapal yang berlawanan dengan laju ombak.
perutku lapar sekali, persediaan makanan yang kubawa habis. hmm... jadi aku memutuskan untuk membeli makanan diatas kapal. ada yang jual gorengan. dalam hati "pasti mahal deh". eh bener. pisang goreng satu harganya Rp 5000. busyeeenggg... biasanya kan cuma Rp 500. paling mahal Rp 1000 deh. tapi tak apalah, dari pada pingsan di jalan kan ga lucu juga. walhasil aku beli tiga buah gorengan dengan harga Rp 15.000. jumlah ini setara dengan ongkos pulang-pergi ke kampus atau biaya potong poni 
dari Bakauheni ke Bengkulu, perjalanannya tak dekat. butuh waktu berjam-jam untuk sampai sana. dari Bakauheni aku naik bis, berhubung perut masih kenyang jadi aku tidur saja. berjam-jam kemudian aku terbangun. aku lapar. perutku sakit sekali.
akhirnya beberapa menit kemudian aku tiba di terminal Air Sebakul, Bengkulu. air sebakul? mesem-mesem aja aku baca nama terminal ini. masa iya ada bakul bisa menampung air.
kalau dibandingkan dengan Tangerang, apalagi Jakarta, Bengkulu jauh berbeda. sepi dan tak mecet. jarang ada kendaraan umum. hanya ada bis-bis besar antar kota saja, untuk transportasi sekitar yang dekat-dekat warga banyak yang menggunakan sepeda motor. menunggu taksi seakan menjadi hal yang mustahil, hadehhh.. hadeh... naik apaan kalo kaya gini caranya mah... tak lama kemudian ada angkot. penumpangnya pun cuma satu yakni aku saja.
ku tanyakan supir angkot itu alamat yang tertera pada buku pink milikku. yah lumayan jauh lah, kira-kira seperti dari Pamulang 1 ke Ciputat. lemas badanku menahan lapar. ku yakin kali ini benar aku akan bertemu dengan bang jaya. aku yakin seratus persen bahwa kerinduanku akan pempek lenggang akan terobati hari ini juga.
supir angkot menurunkanku di pinggir jalan. katanya tempat yang aku tuju tidak jauh dari situ, aku hanya harus bertanya pada penduduk sekitar. ku tanya adik kecil yang sedang main karet di jalan. waduhhh... bahasanya berbeda  aku lupa sedang berada di daerah lain.
di depan mereka ada gadis seumuranku sedang menyapu jalan. aku menghampirinya dan menyodorkannya alamat yang ku tuju. ku katakan padanya aku tak bisa berbahasa Bengkulu. ia agak tersinggung. ia katakan padaku "cak mano ko orang bengkulu, ngapo ko diam bae besuarolah dikit woi" lumayan bikin bingung juga. tapi aku mengerti apa maksud dia. ia tunjukkan jalan lurus kedepan dan belok kiri maka aku akan langsung sampai ke rumah bang jaya.
ku berjalan terseok-seok lemas. tenggorokanku kering, perutku lapar sekali. Alhamdulillah ya rabbi...  ada sebuah rumah, didepannya ada spanduk bertuliskan "pempek lenggang bang jaya". ku hampiri rumah itu, jam 5 sore ku hampiri kedai itu. ku hampiri bangunan berwarna hijau itu dengan senang hati.
ada bang jaya. lagi sibuk membuat pempek lenggang. kuhampiri dia. kusapa "masih jualan bang". dia diam sesaat memandangi wajahku, dari mata kaki hingga ujung kerudung ia tatap. Ya Allah neng kok bisa kesini, katanya. aku hanya tersenyum saja. perutku makin lapar saja.
aku : "bang aku pesen pempek seperti biasa ya".
bang jaya : "yah neng pempeknya habis, ini pempek yang terakhir, sudah dipesan oleh bapak yang duduk dibangku pojok itu. kalau neng mau besok saya buatkan lagi."
aku : "yah bang, sedikit aja bang."
bang jaya : "maaf neng fitri, bahannya habis sedangkan pasar jam segini sudah tutup. jadi besok siang abang buatkan khusus untuk neng fitri"
aku : "ga usah deh bang, aku besok harus pulang
ku pandangi bapak yang duduk di pojok kiri ruangan. terlihat ia sangat menikmati pempek lenggang yang baru saja dibuat bang jaya. enak sekali tampaknya sampai aku pun menelan ludah ke tenggorokanku. aku lapar dan ingin sekali mencicipi makanan itu sedikit saja, tapi rasanya tak mungkin bagiku untuk mengemis meminta belas kasihan bapak itu untuk sedikit berbagi makanan denganku. aku juga tak mau merebut makanan itu. biarlah itu menjadi miliknya.
habis sudah sabar yang ku miliki. ku tinggalkan kedai bang jaya. air mataku tumpah ruah. aku tak tahan lagi. ku tinggalkan bang jaya. wajahnya memelas tapi tetap ku tinggalkan. dalam hati tak tega, tapi aku sudah tak sanggup lagi. beribu cara ku lakukan demi mencicipi seporsi pempek lenggang. demi seporsi pempek lenggang. SATU PORSI PEMPEK LENGGANG SAJA !!!!
aku pulang kerumah. sepanjang perjalanan aku hanya bisa menangis. tak sanggup mengingat lelahku mencari makanan itu. lapar tak lagi kurasa. hampa sudah semuanya. ku alihkan perjalanan pulang kerumah. main dulu ke Palembang. ini pertama kalinya makan pempek palembang di Palembang. hahah... rasanya sama aja. sebenarnya banyak orang yang berjualan makanan, seperti batagor, siomay, bakso, dan lain-lain. tapi karena rasanya tak jauh dari pempek lenggang, makanya aku lebih memilih untuk memakan pempek palembang.
sepulang dari Palembang, ketika tiba dirumah, aku minta tolong adikku untuk membeli pempek palembang. aku beli dalam jumlah banyak. aku makan semua hingga aku merasa mual. perutku sampai sakit, kuah pempek yang banyak cuka sepertinya melukai lambungku.
kini, disetiap sore menjelang malam aku selalu beli pempek palembang. tak ada lagi keinginan untuk membeli pempek lenggang, tak lagi ku menyempatkan diri untuk ke bangunan kosong bekas kedai bang jaya dulu. meski begitu aku masih membayangi kelezatan pempek lenggang buatan bang jaya.
aku tiap hari beli pempek palembang (buatan pamulang ). abang pempek itu pun tiap hari selalu mangkal didepan rumah, menawaranku dagangannya. setiap hari. lama-lama aku merasa bosan. aku tak ingin lagi makan pempek. aku sedang ingin makan batagor, roti bakar atau bubur ayam. kini setiap kali abang mangkal didepan rumah dan menawarkan pempek palembang, aku selalu menjawab "ga dulu bang". hari demi hari aku katakan padanya "ga dulu bang".lama-lama ia tak jualan di sekitar rumahku lagi. malas mungkin karena tak ada yang beli lagi. maklumlah di jalan benda 1, yang beli hanya aku saja. hanya aku pelanggannya.
aku merasa ada yang hilang. aku ingin makan pempek palembang lagi. aku tanya ibuku "apakah tadi ada yang berjualan pempek palembang ma?". "tidak" jawab ibu ku. hari demi hari setiap maghrib, aku selalu menanti tukang jualan pempek itu. tapi tak datang-datang juga
dalam hati "sebenarnya gw maunya apa sih???" 

0 comments:

Post a Comment